KOMUNITAS DAUN PISANG Headline Animator

Kamis, 25 Desember 2008

SANGGAR MERAH PUTIH DI PLAZA SEMANGGI






25 Desember 2008 Sanggar Merah Putih tampil di UG Plaza Semanggi, Jl. Gatot Soebroto Jakarta, seperti biasa Group Musik yang lebih kental dengan musik klasik dan lebih cenderung ke musik balada ini menampilkan beberapa lagu karya aslinya. Sempat memukau pengunjung yang saat itu sempat melihat pertunjukkan ini.

Minggu, 14 Desember 2008

Lukisan Cat Air Karya Sugeng Pangestu





Lukisan Cat Air Karya Sugeng sepanjang 2008

Rabu, 12 November 2008

DICK DOANK kenalan dengan SANGGAR MERAH PUTIH

Dick Doank, siapa yang tak kenal! Gaya bahasa dan tawa renyahnya selalu menggelitik di setiap kesempatan. Bebera waktu lalu sekitar seminggu setelah Idul Fitri 1429 H salah satu keluarga Dick Doank yang beralamat di Jl. Budi - Cawang - Jakarta Timur mengadakan acara halal bihalal.

Acara yang cukup sederhana itu sebetulnya acar keluarga, akan tetapi Sanggar Merah Putih bersama Group Band Manglo diberi kesempatan untuk tampil memperkenalkan kiprahnya kepada sang selebritis yang satu ini.


Dick Doank, mesti ketawa


Manglo+ Sanggar Merah Putih, senada dan harmonis


Violinist Senior Group Band Manglo


Dari kiri Ramli, Shufa, Dika dan Vania



Foto bersama dengan Sanggar Merah Putih pimpinan
Om Tono, tampak sebelah kanan Ibunda Om Tono

IDRIS "BIOLA" SARDI

Idris Sardi yang setua itu masih tetap sayang Biola, aktivitasnya untuk biola sangat besar. Belum lama ini Komunitas Biola Taman Suropati dan Sanggar Merah Putih -Cawang menyelenggarakan acara "nggesek bareng" di Taman Suropati -Menteng. Acaranya cukup nasionalis, yaitu menyambut Sumpah Pemuda 28 Oktober.

Pada acara ini beliau tidak lama berada di lokasi, namun kehadirannya sangat mendorong semangan para violinist-violinist cilik dan muda. Mereka sangat antusias memainkan lagu demi lagu ketika sang Mestro Biola Indonesia itu hadir mengikuti acara tersebut walau hanya beberapa saat.

Kehadiran saya saat itu sebetulnya hanya untuk melihat aktifitas anak saya "Vania Eka Fitriana" yang merupakan murid Mas Tono di Sanggar Merah Putih. Namun selain hal tersebut saya pribadi sangat peduli terhadap aktifitas kesenian semacam itu. Untuk itulah saya dengan senang hati hadir dalam acara tersebut.

Acara peringatan SUMPAH PEMUDA itu juga di isi dengan persembahan tarian tradisional Jawa oleh seorang seniman tari. Tarian ini sebagai penutup acara peringatan Sumpah Pemuda di Taman Suropati

Berikut ini saya coba tampilkan bebera foto hasil jepretan saya, semoga dapat dinikmati oleh para penggemar biola ataupun musik.


Senin, 18 Agustus 2008

SENI LUKIS INDONESIA


Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda.

Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.

Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.

Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.

Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.

Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.



1. Kota Kecil
Kanvas Cat Minyak
60 x 50 cm






2. Horizon
Kanvas Cat Minyak
20 x 30 cm




Mari kita tingkatkan apresiasi terhadap karya seni bangsa sendiri...